Thursday, August 9, 2012

PUASA YANG ENERGIK*

Puasa artinya menahan diri.  Yaitu menahan diri dari makan - minum dan kebutuhan sex. Orang yang berpuasa tidak boleh memenuhi kebutuhan perut dan kebutuhan bawah perut. Hal ini dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Sebab semakin sering menahan diri, maka seseorang akan semakin terbiasa. Contohnya orang miskin yang terbiasa makan sekali atau dua kali dalam sehari, mereka tidak bermasalah. Tapi bagi orang kaya yang terbiasa makan tiga kali, kurang sedikit atau terlambat sedikit saja, sudah sakit perut. Sakit maag, lambung, dan sejenisnya.
    
 Inilah cara Islam mengajarkan kepada umat manusia agar semakin surfive dalam menjalankan hidupnya di jagat raya ini. Karena di jagat raya yang luas ini sebenarnya amat banyak tantangan dan rintangannya. Dan hanya orang yang tangguh saja yang mampu bertahan hidup sempurna di hadapan Tuhannya. Dan akan kembali ke hadapan-Nya, dia masih tetap tidak ternoda walau bergumul dengan kehidupan yang ganas ini.
  
 Ketika seseorang sedang berpuasa, di samping harus meninggalkan makan dan minum, juga dilarang mengumbar hawa nafsu. Contoh hati yang sering kesal dan emosi, di sa’at berpuasa harus dikendalikan dan ditahan. Orang yang sering iri hati dan dengki di luar puasa, begitu dia berpuasa, maka kebiasaan tersebut harus dihentikan. Bahkan orang yang sering mengumpat, mencaci, menggosip dan sejenisnya juga harus dihentikan. Rasulullah saw. mengajarkan, jika ada orang lain yang mengumpatmu, maka katakanlah :”Innie shaaimun; sungguh aku sedang berpuasa.” Maksudnya jangan ganggu aku, karena aku sedang berpuasa. Takut aku terpancing emosi terhadapmu.


Jiwa yang kuat


Jadi sebenarnya berpuasa itu tertuju pada batiniyah atau jiwa. Walaupun yang dilatih secara fisik adalah perut dan di bawah perut. Tapi dampaknya sangat dahsyat baiknnya terhadap jiwa. Tentunya bagi jiwa yang sudah bersih, yang sejak di bulan Sya’ban sudah memulai melatihnya. Yaitu dengan puasa Sya’ban, menghentikan perbuatan ma’siat , bersedekah kepada tetangga kanan-kiri dan kebaikan-kebaikan lainnya. Dan itu tercermin pada do’anya yang selalu didengungkan selama bulan Rajab dan Sya’ban : “Allahumma baarik lanaa fi Rajaba wa Sya’bana, wa ballighnaa Ramadlana. Artinya; Yaa Allah, limpahilah barakah kepada kami di bulan Rajab dan Sya’ban. Dan sampaikanlah (teruskanlah usia ) kami pada bulan Ramadlan.”

Betapa rindunya setiap muslim akan datangnya bulan suci Ramadlan. Karena di bulan inilah setiap diri orang muslim berkesempatan untuk mengurangi dosa dan menambah tabungan pahala. Dan memang di bulan yang penuh berkah inilah Allah swt. memberi hidangan kepada setiap jiwa yang beriman. Karena selama sebelas bulan yang lalu setiap jiwa manusia telah diperbudak oleh hawa nafsu yang selalu menjajah jiwa manusia. Sehingga menimbulkan kelelahan batin. Dan di bulan Ramadlan inilah jiwa-jiwa itu dibersihkan dan diistirahatkan dari pergumulan dengan penggoda-penggoda  yang bersekongkol dengan setan-setan yang terkutuk.

Melalui ibadah puasa lah manusia bisa merasakan betapa jenuhnya jiwa selama ini. Dan di bulan suci inilah, jiwa terasa seakan terbebas dari belenggu kemungkaran. Maka bayangkan betapa nyamannya ketika puasa mendengarkan siraman rohani. Betapa nikmatnya solat sunat di masjid atau mushalla. Belum lagi di kala malam tiba. Shalat teraweh dan shalat witir menjadi hidangan yang menyenangkan. Berpuluh raka’at dilakukan dengan senang hati. Belum lagi jika membaca Al-Qur’an yang selama di luar Ramadlan tidak pernah terbacakan, tapi di bulan Ramadlan seakan mushaf Al-Qur’an memanggil-manggil jiwa kaum muslimin.

Betapa nikmatnya jiwa yang terhibur oleh dentingan suara-suara hati yang tulus nan khusyuk. Sehingga masjid dan mushala pun penuh dengan kehadiran umat Islam yang sengaja mendinginkan jiwanya di rumah Allah. Belum lagi suasana berbuka dan makan sahur bersama keluarga yang mengumpulkan anggota keluarga yang di luar Ramadlan jarang berkumpul untuk makan bareng. Sungguh nikmatnya luar biasa. Dengan beragam aktifitas ubudiyah, maka jiwa-jiwa itu menjadi kuat dan terhibur.


Sungguh Islam sangat bijak terhadap umatnya. Mendidik jiwa dengan halus, tak terasa jika jiwa itu terhidangkan oleh santapan rohani yang sangat memuaskan. Ibarat mainan anak kecil, seperti dua balon yang tersambung. Jika dipencet yang kiri, maka yang kanan akan membesar. Jika dilepaskan yang kiri, maka yang kanan akan mengecil. Demikian juga orang berpuasa. Seperti menekan lahiriyah dengan tidak makan dan minum, maka batiniyahnya akan semakin besar. Jiwanya akan semakin besar dan kuat.
 
Dengan tumbuhnya jiwa yang kuat, maka seorang muslim yang berpuasa akan semakin energik. Semakin terasa ringan menjalankan berbagai kegiatan. Tidak merasa bahwa pekerjaan di dunia ini adalah beban hidup. Tapi justru sebaliknya bagi jiwa yang kuat, akan memandang kehidupan ini seperti lahan yang terbentang luas untuk menanam benih apa saja yang akan menghasilkan kebaikan yang berlipat-lipat. Kebaikan dunia dan kebaikan di akhirat. Semoga dengan berpuasa, kita dapat merasakan jiwa yang merdeka dan terayomi di bawah lindungan Yang Maha Kuasa. Yakni Allah Rabbul Jalali.


*Ahmad Mahfudz Anwar

No comments:

Post a Comment